Friday, March 13, 2020

Ketika Muhammadiyah dan ORTO saling "tengok-tengok-an"

Penulis pernah dan masih Pemuda Muhammadiyah. Hanya saja di luar struktur organisasi. Dan kebetulan usia masih pemuda. Hehe. Dan saat ini diberi tugas di persyarikatan sebagai anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pasar Merah PA. 2015-2020 Miladiyah. Dan mudah-mudahan Husnul khotimah.

Sebagai organisasi Islam yang berdiri pada tahun 1912 Miladiyah memiliki Organisasi Otonom yang kemudian disebut dengan ORTOM. Dimana di dalamnya ada Aisyiyah (Ortom Khusus), Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci Putra Muhammadiyah dan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Fungsinya sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Artinya, ORTOM inilah nantinya akan menggantikan para pimpinan persyarikatan saat ini di masa yang akan datang dan diharapkan mampu melampaui amal usaha saat ini, minimal melestarikannya.

Anggota ORTO diharapkan kelak sebagai kader persyarikatan (pimpinan dan anggota). Tetapi tidak sedikit anggotanya belum tentu mau atau terpilih sebagai kader persyarikatan. Kalau sebagai anggota selama ada NKTAM (Nomor Kartu Anggota Muhammadiyah) sudah otomatis. Bila tidak ada maka tercatatlah sebagai warga dan simpatisan Muhammadiyah. Minimal fungsi ORTO mengenalkan kepada orang-orang bagaimana bermuhammadiyah tanpa harus menjadi pimpinan. Artinya bermuhammadiyah bukan soal akidah dan ibadah saja tetapi bagaimana berakhlak dan bermuamalah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Itu makanya Muhammadiyah memiliki arti pengikut nabi Muhammad saw. Tujuannya tercipta masyarakat utama. Bukan sekadar gagah-gagahan.

Posisi Muhammadiyah dan ORTO seperti orangtua dan putra putrinya (anak). Sang anak mestinya berbakti kepada orangtua. Dan orangtua sebagai contoh tauladan yang baik. Bila hubungan ini terpelihara maka tidak mungkin sampai sekarang nanti umpamanya organisasi ini dapat bertahan. Kalaupun suatu saat Muhammadiyah "bubar" maka boleh jadi orang-orang sudah paham bermuhammadiyah tanpa harus berorganisasi Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah adalah lembaga pembelajaran bagaimana menjadi pengikut Muhammad yang sebenar-benarnya. Dan untuk membuktikannya mesti diuji melalui dinamika dan problematika.

Jadi, hubungan antara Orto dan Muhammadiyah adalah bagaikan sebuah keluarga besar yang masing-masing saling mengisi dan melengkapi. Orto tanpa Muhammadiyah seperti anak kehilangan induk. Dan Muhammadiyah tanpa orto bagaimana orangtua sebatang kara.

Memang, problematika ORTO kebanyakan pada kekurangan tenaga amal usaha sehingga gerakannya mesti "disorong" bagaikan motor mogok. Sedangkan Muhammadiyah dianggap berlebih tenaga amal usaha yang terkadang dianggap "kurang" mempehatikan "motornya" ORTO. Begitupun bukannya orangtua yang kurang peduli tetapi anak-anaknya juga mungkin "terlalu" manja untuk selalu diperhatikan. Hehe

Mari dijaga dan dirawat kebersamaan itu dengan menghadapi berbagai dinamika dan problematika dengan kegembiraan sebagaimana corak dakwah Muhammadiyah yang menggembirakan (bukan melawak). Minimkan ego karena di dalamnya beragam usia, pengetahuan dan pengalaman.

Selamat dan sukses Muktamar Muhammadiyah ke-48 tahun 2020 yang digelar 1-5 Juli 2020 di Solo, Jawa Tengah

No comments:

Post a Comment